Festival Pacu Jalur, Pesta Rakyat Kuantan Singingi


 


 

Festival Pacu Jalur, Pesta Rakyat Kuantan Singingi

Sabtu, 26 Agustus 2023

GROBOG JATENG, Kuantan Singingi - Sebanyak 193 perahu dari berbagai daerah di Provinsi Riau bersaing ketat dalam Festival Pacu Jalur Tradisional 2023.

Perhelatan ini digelar pada 23-27 Agustus 2023 di Sungai Kuantan, Tepian Narosa, Teluk Kuantan, Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing).

Sekretaris Daerah (Sekda) Riau SF Hariyanto menjelaskan, pacu jalur merupakan tradisi yang sarat akan nilai sejarah. Jalur dalam bahasa Kuansing adalah sampan atau perahu panjang.

Adapun pembuatan jalur dilakukan dengan ritual adat yang disebut maelo jalur. Warga secara gotong royong akan menebang pohon di hutan.

Kayu hasil penebangan itu selanjutnya ditarik dalam kondisi utuh ke perkampungan. Setelahnya, kayu tersebut baru dirakit menjadi perahu.

"Festival Pacu Jalur merupakan tradisi yang rutin dilaksanakan, ditunggu setiap tahun oleh masyarakat Riau. Khususnya masyarakat Kuansing," kata SF Hariyanto, dilansir dari laman Media Center Riau, Sabtu (26/8/2023). 

Hariyanto mengungkapkan, festival pacu jalur memiliki nilai-nilai kearifan lokal yang perlu dilestarikan dan ditanamkan sejak dini kepada generasi muda.

Perhelatan ini juga sebagai momentum menggiatkan perekonomian masyarakat. Hal itu karena jumlah kunjungan wisatawan pada festival pacu jalur terus meningkat dari tahun ke tahun.

"Festival Pacu Jalur merupakan hasil budaya dan karya khas yang merupakan perpaduan antara unsur olahraga seni, dan olah batin. Sehingga festival pacu jalur ini menjadi budaya terbaik Indonesia," ungkapnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Riau Roni Rakhmat mengatakan, pacu jalur kian populer dengan keberadaan bocah atau anak kecil yang menari di ujung jalur.

"Biasanya bocah penari ini akan menari di depan jalur kalau menang atau unggul. Kalau masih berimbang biasanya hanya berayun-ayun saja," katanya.

Ia menjelaskan, sebenarnya ada sejumlah elemen penting dalam pacu jalur, yakni penari, anak pacu, timbo ruang dan onjai. Keberadaan anak-anak di ujung jalur dipilih karena berat badannya ringan.

"Anak-anak kan badannya ringan, ada dewasa di tengah itu (timbo ruang) untuk memberikan aba-aba. Lalu di ujung (belakang) itu agak dewasa sedikit karena dia akan memberi daya dorong ke jalur, namanya onjai," jelasnya.

Roni menambahkan, pacu jalur sendiri sebenarnya sudah eksis sejak abad ke-17 dan dilombakan saat hari besar islam.

Bahkan pada masa kolonial Belanda, pacu jalur digelar untuk memperingati ulang tahun Ratu Wilhelmina dan dianggap sebagai sebuah festival.

Ia mengungkapkan bahwa pemerintah daerah akan terus mendukung pengembangan tradisi pacu jalur sebagai event budaya dan pariwisata.

"Kita mau angkat ini sebagai event budaya yang bukan hanya fokus pada juara. Kita bangga karena para penari ini dikenal dunia," ungkapnya. (Pandu/AN/Red).